Senin, 02 Maret 2009

Dari "Kreatifitas Anak Citra Al Madina"

KOMPAS - Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (PSP) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Fasli Jalal mengatakan, perhatian terhadap pendidikan anak dini usia masih sangat rendah. Padahal, belajar dari pengalaman negara maju, konsep pembangunan sumber daya manusia (SDM) justru dimulai sejak masa dini usia. Rendahnya kualitas hasil pendidikan di Indonesia selama ini cerminan rendahnya perhatian terhadap pendidikan anak dini usia, sehingga berdampak terhadap rendahnya kualitas SDM Indonesia. "Menurut hasil penelitian Balitbang Depdiknas (tahun 1999), tingginya angka mengulang di kelas awal (kelas I: 13 persen dan kelas II: 8 persen) diduga disebabkan oleh lemahnya pembinaan anak masa dini usia. Artinya, terdapat korelasi positif antara pendidikan prasekolah yang diperoleh dengan kesiapan anak memasuki sekolah," kata Fasli yang didampingi oleh Ketua Yayasan Pendidikan Citra Al Madina Padang, Hj. Emma Yohanna pada seminar "Kreativitas Anak Citra Al-Madina" di Padang, Sabtu (28/12) yang diangkat oleh institusi pendidikan (PAUD percontohan) Sumatera Barat ini.

Fasli berpendapat, untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan dan kualitas SDM, pendidikan anak dini usia harus lebih digalakkan dan ditingkatkan. Saat ini, dari sekitar 12,6 juta anak usia 4-6 tahun, mereka yang tertampung di taman kanak-kanak (TK) baru sekitar 12,6 persen, dan yang tertampung di raudhatul atfal (RA) sekitar 3,2 persen. Ini berarti, untuk tingkat TK/RA pun di Indonesia masih tergolong eksklusif, baru dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat. Padahal, berdasarkan hasil kajian neurologi, penanganan pendidikan anak yang dimulai setelah menginjak usia TK pun sudah dinilai terlambat, karena usia empat tahun pertama justru lebih penting dan menentukan," katanya seraya menambahkan, "Di Singapura dan Korea Selatan, misalnya, hampir seluruh anak dini usia telah terlayani pendidikan anak dini usia (PADU). Contoh lain, di Malaysia pelayanan PADU mencakup hampir 70 persen." Fasli menjelaskan, pendidikan bagi anak bukan sekadar meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mempersiapkan masa depan anak yang penuh tantangan, pendidikan harus memungkinkan anak mengembangkan potensi dirinya, termasuk mengembangkan kecerdasan dan kreativitasnya. Pertumbuhan dan perkembangan anak akan optimal bila pendidikan dilaksanakan sedini mungkin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar